Saat ini, ada begitu banyak konten dan hal yang bisa menjadi konten. Kalau tidak mengendalikan diri, bisa kesandung masalah seperti yang dialami oleh Baim Wong akhir-akhir ini. Tapi, kali ini kita akan membahas Warkopi.
Trio yang sempat viral karena seakan-akan menjadi duplikat Warkop DKI dan sempat menjadi ofensif buat Indro Warkop. Di satu sisi, memang sih Warkop DKI dalam produksinya dulu juga banyak menggunakan musik adaptasi dan lain sebagainya, sehingga beberapa netizen mengatakan Warkop DKI sendiri melakukan hal yang sama.
Namun, di sisi lain, memang intinya yang dicopy-paste adalah konsep ke-Warkopan ini sendiri. Lebih-lebih lagi, ia mereka tidak meminta izin pada yang memiliki hak kekayaan intelektual (HAKI) atas Warkop itu sendiri.
Sedih sekali melihat negara yang sudah banyak masalah ini juga harus melihat permasalahan yang terjadi karena ‘tidak izin’ ini. Yes, ada begitu banyak motif dari berdirinya Warkopi, yang bisa saja menyangkut keuntungan golongan, uang dan sebagainya. Sementara itu, Warkop DKI mendirikan karakter, popularitas dan legenda lelucon ala mereka really from scratch. Ketiga orang ini bukanlah konsep, melainkan kepribadian.
Ada baiknya, kita tak perlu menduplikasi plek ketiplek kesuksesan yang sudah ada. Buatlah sesuatu yang baru, tapi banyak belajar dari sang legenda. Misalnya, materi lawakannya, tapi dengan inovasi sehingga lebih relate dengan kondisi masa kini. Jadi di jaman yang banjir konten ini, jangan hanya menjadi bagian, tapi juga membuat gebrakan.
Karena apa? Pada akhirnya, orang akan lebih ingat pada ‘isi’ dan experience yang dirasakan, daripada sekedar kemasan dan duplikasi..